Memulai Bullet Journaling dengan 3 Langkah Mudah

Bullet journaling (atau seringkali disebut juga BuJo), selain dapat dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan dan menenangkan bagi sebagian orang, seperti yang pernah diulas sebelumnya, tak jarang juga dianggap menyulitkan bagi sebagian lainnya. Kadang terpikir, baru aja mau mulai, kok rasanya sulit, ya? Rasanya langsung mau nyerah dan bilang “Ah, gak jadi deh!”

Nah, apakah kamu termasuk sebagian orang yang kedua?

Kalau iya, yuk praktikkan cara mudah membuat bullet journal untuk pemula di bawah ini agar kamu bisa segera memulai perjalanan menulis bullet journal pribadimu dengan semangat!

Bullet Journaling
Bullet Journaling (Pic by Natasha Fernandez)

Memulai Bullet Journaling

Pertama, Siapkan Kertas dan Bolpoin

YA! Sesederhana itu!

Awal yang baik untuk memulai adalah tulis!

Kamu hanya perlu ambil bukumu yang kosong, tulis dengan bolpoin, pensil, atau apapun yang kamu punya. Nggak punya buku baru? Ambil bukumu yang tidak terpakai. Nggak punya buku bekas? Kamu bisa mulai dengan selembar kertas. Nantinya, kertas itu bisa kamu kumpulkan menjadi sebuah buku yang unik ketika kamu sudah menulisinya setiap hari.

Kamu tidak perlu melihat perjalanan bullet journal orang lain yang sudah sangat jauh di depanmu. Semua orang pernah punya jejak langkah awal yang sama: selembar kertas kosong dan bolpoin. Jangan minder kalau kamu melihat jurnal orang lain yang terlihat lebih cantik, aesthetic, menarik, dan instagramable.

Soon, ketika kamu sudah terbiasa, kamu bisa membeli aset yang kamu sukai di tengah perjalananmu dalam journaling. Kamu bisa lengkapi alat tulismu jadi lebih warna-warni, membeli washi tape, stickers, buku yang lucu, dan sebagainya. Kamu akan tahu apa yang akan kamu butuhkan saat kamu sudah memulai dan menjalaninya. Oke?

Kedua, Tentukan Tujuan dan Kuatkan Tekad

Sebenarnya, kamu bikin bullet journal buat apa, sih? Apa kamu ingin merefleksikan kegiatanmu selama ini? Ingin menyimpan kenangan indah yang dilewati bersama orang-orang terdekat? Atau… sekadar meluangkan waktu untuk tetap waras? Nah, definisikan apa yang kamu mau, kalau perlu, tulis di halaman pertama buku yang kamu jadikan sebagai jurnalmu.

“Aku ingin menjadi lebih disiplin! Aku ingin membuat jadwal yang akan membentuk pribadi yang aku inginkan itu!” Begitu, misalnya.

Ingat, niatmu harus kuat, karena itu akan menjadi pijakan pertamamu untuk melangkah ke halaman-halaman jurnalmu berikutnya.

Ketiga, Custom Your Own Journal

Kelihatannya rumit, ya? Padahal, bullet journal adalah tentang variasi yang ingin kita buat sendiri. Kalau kamu terbiasa menulis buku harian, kamu bisa mengkombinasikan bullet journal-mu dengan buku harian. Tidak hanya berisi tentang daftar kegiatan, kamu tetap bisa menulis apapun yang terjadi dan yang kamu rasakan setiap harinya. Atau, kamu tidak suka menulis diary? Cobalah buat variasi list kegiatan dengan doodle yang bisa kamu gambar sesuka hatimu. Kalau kamu suka menggambar, kamu juga bisa masukkan sketsa kamu ke dalam jurnalmu. Atau kamu hanya ingin sesimpel menuliskan daftar belanja, meal plan, dan reminder untuk minum air putih setiap hari? Bisa!

Kamu bisa membuat jurnalmu menjadi unik dengan gayamu sendiri. Seperti yang diungkap oleh Mijil, kamu bisa memadukannya dengan gaya scrapbook, atau murni sebagai art book-mu yang kamu sayang.

Journal variation
Journal variation: Artbook (Pic by Dids)

Poin Penting dalam BuJo

Seperti yang telah dirumuskan oleh Ryder Carroll dalam bukunya, The Bullet Journal, penting untuk menuliskan index dan logs di dalam jurnal kita. Seperti yang ditulis oleh UrbanAsia di blognya, future log, monthly log, dan daily log sangat wajib hukumnya untuk dituliskan di awal sebelum kita melangkah lebih jauh. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kita akan tujuan yang kita buat sendiri dan tetap fokus menjalani kegiatan yang sudah direncanakan.

Nah, bagaimana? Mudah sekali, bukan?

Yuk, langsung kita praktikkan!

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *