Halo teman-teman, apa kabar semuanya? Pada kesempatan kali ini mimin mau mengajak teman-teman untuk melihat lebih jauh mengenai Jepang! Sesuai dengan tema kali ini mimin mau membahas mengenai budaya Jepang yang jarang diketahui oleh orang banyak! Hmm kayanya seru, apa aja sih itu?
Pertama-tama mimin mau bertanya nih, budaya Jepang apa saja sih yang pertama kali terlintas di pikiran teman-teman ketika mendengar sesuatu yang berkaitan dengan negara tersebut? Mungkin tidak akan jauh-jauh dari budaya populer seperti anime, manga, dorama, ataupun budaya tradisional yang cukup mainstream seperti matsuri dan kimono. Namun, sebenarnya Jepang memiliki budaya lain yang tidak banyak diekspos sehingga tidak diketahui oleh banyak orang.
Dalam tulisan ini mimin ingin mengajak teman-teman untuk melihat sisi lain dari budaya Jepang, seperti misalnya bagaimana bangsa Jepang menilai sebuah keindahan, bagaimana mereka memperlakukan konsep orang dalam dan orang luar, seperti apa wanita ideal yang diinginkan oleh bangsa Jepang dan lain sebagainya.
Kalau begitu langsung simak postingan kali ini yuk, berikut ini adalah budaya Jepang yang jarang diketahui oleh orang banyak!
1. Mono No Aware dan Wabi Sabi
Masyarakat Jepang memiliki konsep unik dalam menggambarkan suatu keindahan, hal ini digambarkan dengan kedua konsep yang disebut dengan mono no aware (物の哀れ) dan wabi sabi (侘と寂).
Mono No Aware
Mono no aware merupakan salah satu dari istilah bahasa Jepang yang tidak dapat diterjemahkan secara langsung. Jika diartikan satu persatu maka “aware” dapat diartikan sebagai kesedihan, dan juga kesengsaraan. Sedangkan “mono” dapat diartikan sebagai sebuah benda. Mono no aware merupakan sebuah istilah yang berarti “rasa iba terhadap sesuatu yang tidak kekal”. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Motoori Norinaga pada tahun 1764.
Secara sederhananya ketika kita ketika kita merasakan suatu perasaan yang mendalam ketika kita melihat sesuatu yang tidak kekal, contohnya adalah bunga sakura.
Bunga sakura digemari karena keindahannya, dan simbolisasinya sebagai pertanda datangnya musim semi. Namun keindahan bunga sakura hanya bersifat sementara karena bunga tersebut hanya bermekaran sekitar 2 minggu dalam satu tahun.
Wabi Sabi
Sama seperti mono no aware, wabi sabi tidak dapat diartikan secara langsung. Wabi merupakan istilah yang dikaitkan dengan kesepian dan kesendirian, layaknya seorang petapa yang menyendiri di dalam gua. Sedangkan sabi dapat diartikan sebagai suatu cacat seperti karat.
Wabi sabi merupakan suatu konsep yang berarti menemukan keindahan dalam sebuah ketidaksempurnaan. Seperti misalnya sebuah meja kayu yang sudah tua, kusam, dan jelek. Jika melihatnya menggunakan perspektif wabi sabi maka kita akan melihat meja tersebut tetap indah karena ketidaksempurnaan meja tersebut diakibatkan oleh perubahan usia.
Wabi sabi menekankan bahwa kita perlu menerima kekurangan dan ketidaksempurnaan diri kita sendiri, dan mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki saat ini.
2. Uchi dan Soto
Hubungan antar manusia di Jepang juga cukup unik. Hal ini dapat dilihat dari adanya suatu konsep yang disebut dengan uchi dan soto. Uchi secara harfiah berarti “dalam”, jadi yang dimaksud dengan uchi ini adalah anggota keluarga, dan juga sahabat, atau orang-orang yang dirasa sangat dekat dengan orang Jepang tersebut. Sedangkan soto berarti “luar”, yang merupakan orang-orang yang berada di luar kelompok uchi.
Orang-orang Jepang memiliki interaksi yang berbeda ketika dihadapkan dengan orang-orang yang berada pada dua golongan tersebut. Seseorang hanya bisa menjadi dirinya sendiri ketika berhadapan dengan orang-orang yang berada dalam ruang lingkup uchi. Sedangkan ketika berhadapan dengan soto, maka orang-orang Jepang harus menggunakan pedoman sosial yang ketat. Secara umum, masyarakat Jepang berkomunikasi dengan orang-orang yang berada pada kelompok soto dengan bahasa yang sopan dan hormat, namun juga terasa seperti membuat dinding yang memisahkan mereka. Orang-orang Jepang umumnya menggunakan bahasa dengan bentuk biasa (futsukei) ketika berkomunikasi dengan uchi, dan menggunakan bahasa formal/hormat (keigo) ketika berkomunikasi dengan soto.
3. Yamato Nadeshiko
Yamato nadeshiko merupakan sebuah istilah di Jepang yang berasal dari gabungan dua istilah, yaitu yamato dan nadeshiko. Yang pertama adalah yamato, yang merupakan istilah kuno yang digunakan untuk menyebut Jepang secara keseluruhan termasuk bangsa, negara, dan juga budayanya. Sedangkan nadeshiko merupakan jenis bunga yang tumbuh di dataran tinggi Jepang yang sering disebut sebagai “flower of japanese womanhood”. Sehingga yamato nadeshiko memiliki personifikasi sebagai “wanita ideal dalam perspektif bangsa yamato (Jepang)”.
Seorang wanita ideal di Jepang diharuskan memiliki sifat-sifat feminim seperti anggun, lemah lembut, dan juga patuh kepada suami. Yamato nadeshiko yang ideal memiliki bihada (美肌, kulit indah), bihatsu (美髪, rambut indah), dan yanagigoshi (柳腰, pinggul ramping), dan juga lagi sifat okuyukashisa (奥ゆかしさ, kerendahan hati yang dalam dan abadi).
Yamato nadeshiko memiliki sejarah yang cukup panjang di Jepang, dan keberadaannya paling bersinar pada masa perang dunia kedua. Hal ini dikarenakan konsep tersebut dipropagandakan secara massal oleh pemerintah Jepang untuk menciptakan stabilitas nasional. Pemerintah Jepang ingin para wanita memiliki sifat sabar dan tabah, serta akan selalu mendukung suaminya pergi berperang kemana pun.
Saat ini karena perubahan zaman, membuat konsep yamato nadeshiko semakin memudar. Hal ini salah satunya dikarenakan oleh banyaknya wanita Jepang yang memilih untuk mengembangkan karir, sehingga mustahil menerapkan konsep yamato nadeshiko.
Nah gimana, sekarang teman-teman udah merasa lebih tahu, belum? Sekian postingan dari mimin, jangan lupa tulis kritik dan sarannya ya di kolom komentar!