Kalau saat ini kamu diberi kesempatan untuk menjelajah antariksa dengan roket, kira-kira hal apa saja yang akan kamu lihat di luar sana?
“Daya khayal seringkali membawa kita ke dunia yang tak pernah ada. Tapi tanpa daya khayal, kita tidak pergi kemana-mana.”
Carl Sagan
Sebagian besar dari kita akan langsung membayangkan objek langit. Mulai dari Bulan, planet, Matahari, hingga benda-benda lain seperti asteroid dan meteor. Mungkin, kamu berpikir bahwa Bulan bisa langsung terlihat karena Bulan merupakan satelit alami Bumi. Atau bisa jadi, kamu mengira bintang-bintang bisa dilihat dengan jelas di luar sana karena kamu sering melihat bintang di malam hari.
Tapi, apakah benar demikian? Mari simak fakta-fakta berikut.
1. Antariksa didominasi oleh kegelapan
Carl Sagan, seorang ahli astronomi yang berperan besar dalam berbagai terobosan dalam ilmu ini, menyatakan dalam bukunya yang berjudul Kosmos bahwa jagat raya didominasi oleh ruang kosong. Jika seluruh manusia di Bumi ditempatkan secara acak di seluruh angkasa luar, kemungkinan seorang manusia berada dekat dengan satu planet adalah satu per satu miliar triliun triliun (angka 1 dengan 33 angka 0). Peluangnya sangat kecil, bukan?
Antariksa yang kita ketahui nyatanya merupakan suatu tempat yang gelap, luas, dan berekspansi. Alam semesta kita mengembang sejak terjadinya Big Bang dan terus mengembang sampai detik ini. Hal inilah yang menyebabkan objek-objek langit makin jauh jaraknya dari hari ke hari.
Jadi, kalau kamu berhasil keluar dari seluruh lapisan atmosfer Bumi dan memandang angkasa luar, besar kemungkinan bahwa hal yang menyambutmu pertama kali adalah kegelapan.
2. Matahari hanyalah bintang ‘biasa’
Dari pemahaman tentang Matahari yang dikelilingi oleh delapan planet yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, dapat disepakati bahwa Matahari merupakan pusat tata surya. Namun, apakah Matahari juga merupakan pusat jagat raya?
Tentu saja bukan.
Di bagian alam semesta yang dapat diobservasi, ada ratusan miliar galaksi yang terdiri atas gas, debu, serta bermiliar-miliar bintang. Layaknya Matahari, setiap bintang yang menjadi bagian dari suatu galaksi boleh jadi merupakan pusat dari sistem bintangnya masing-masing.
Ada banyak bintang yang jauh lebih terang dan lebih besar dibanding Matahari. Tidak perlu menilik jauh ke galaksi lain. Di galaksi Bimasakti saja ada bintang terbesar, yakni UY Scuti, yang diameternya 1.700 kali lebih besar dibanding Matahari. Letaknya berada di tengah galaksi Bimasakti, sangat jauh dari Bumi yang berada di tepi galaksi Bimasakti. Kalau bintang satu ini merupakan pusat tata surya kita, maka tidak akan ada kehidupan di Bumi.
3. Pada dasarnya, antariksa adalah ruang hampa
Jika memang ada banyak bintang yang lebih besar dan terang dibanding Matahari, mengapa angkasa luar dikatakan sebagai tempat yang sangat gelap?
Kalaupun jarak antar benda langit sangatlah jauh, bukankah gabungan dari sinar bintang-bintang dapat menerangi antariksa?
Cahaya yang dapat dilihat oleh mata kita hanya berada di spektrum cahaya tampak yang berada dalam rentang panjang gelombang 380 – 700 nanometer. Inilah warna-warna yang dapat terlihat oleh mata kita, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Saat sinar matahari melewati atmosfer Bumi yang memiliki banyak partikel udara, cahaya akan dihamburkan menjadi warna-warna yang familiar dengan mata manusia, sehingga kita dapat melihat berbagai objek di dunia ini.
Namun, ruang angkasa adalah ruang hampa. Cahaya tetap dapat merambat karena cahaya tidak memerlukan medium untuk merambat. Akan tetapi, tidak ada partikel udara dan tidak ada yang dapat menghamburkan cahaya menjadi warna-warna yang dapat kita lihat. Karena itu, yang kita lihat hanyalah kegelapan.
Di sisi lain, bintang juga mengeluarkan cahaya pada rentang spektrum yang tidak dapat ditangkap oleh mata manusia, misalnya gelombang mikro dan sinar ultraviolet.
Rasa penasaran adalah bagian penting dari diri kita
Tentu saja, selain beberapa fakta di atas, masih banyak misteri tentang angkasa luar yang belum kita ketahui. Berbagai pertanyaan seperti: “Ada apa di luar sana?” atau “Apa hanya Bumi yang menjadi tempat bagi makhluk hidup di alam semesta yang luasnya bukan main?” merupakan satu dari sekian banyak alasan mengapa penelitian tentang angkasa luar selalu dilakukan dari tahun ke tahun.
Begitu rasa ingin tahu kita akan suatu masalah telah terjawab, besar kemungkinan jawaban itu membawa kita pada pertanyaan lain. Namun, tenang saja. Pasalnya, rasa penasaran adalah apa yang menjadikan kita sebagai manusia.
Kalau rasa penasaran kamu makin sukar dibendung ketika membaca ini, coba intip channel-channel edukatif berikut untuk lebih banyak ilmu tentang dunia kita. Psst, mungkin saja caramu memandang dunia bisa berubah pesat, lho!
Referensi:
Sagan, Carl. (2017). Kosmos (Ratna Satyaningsih, Terjemahan). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Muharram, Riza Miftah. (2017). Mengapa Alam Semesta Mengembang?. Diakses pada 2 Juni 2023, dari https://www.infoastronomy.org/2017/05/mengapa-alam-semesta-mengembang.html
Mullen, Leslie. (2001). Carl Sagan (1934-1996). Diakses pada 2 Juni 2023, dari https://solarsystem.nasa.gov/people/660/carl-sagan-1934-1996/
Means, Tiffany. (2016). Why does outer space looks black?. Diakses pada 3 Juni 2023, dari https://www.livescience.com/why-does-space-look-black.html
Ramadhan, Hadid (2019). 7 Fakta Unik UY Scuti, Bintang Terbesar di Galaksi Kita. Diakses pada 3 Juni 2023, dari https://www.idntimes.com/science/discovery/hadid-ramadhan/7-fakta-unik-uy-scuti-bintang-terbesar-di-galaksi-kita-c1c2?page=all