Mengenal Lebih Dekat Album The Firstfruit
Mark Lee, musisi kelahiran Kanada dan anggota dari boy group asal Korea Selatan, NCT, kini resmi menapaki jalur sebagai solois. Ia merilis album solo perdananya dengan judul The Firstfruit, dengan lagu utama berjudul 1999 yang diluncurkan pada 7 April 2025 melalui kanal YouTube resmi SM Entertainment. Debut ini menandai transisi penting dalam perjalanan karier Mark Lee yang sebelumnya dikenal melalui perannya dalam berbagai unit NCT seperti NCT 127 dan NCT Dream. Melalui album ini, Mark memperlihatkan sisi musikal yang lebih intim dan personal, baik dalam lirik maupun gaya musik yang ia eksplorasi sehingga membawa warna baru dalam identitas bermusiknya sebagai artis solo.
Mark dan Perasaan Solo Perdananya
Dikutip dari Apple Music, Mark Lee menceritakan perjalanan di balik pembuatan album solo pertamanya, The Firstfruit. Momen ini terasa begitu spesial baginya, terutama setelah hampir satu dekade berkarier sebagai member NCT. Ia merasa sangat terhormat bisa merilis karya yang benar-benar mencerminkan dirinya sendiri, baik dari segi suara, ide, maupun visi pribadinya. Lewat 13 lagu yang dibawakan, Mark merangkum perjalanan hidupnya mulai dari masa kecil, nilai-nilai yang membentuknya, hingga proses kreatif sebagai musisi yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Makna Spiritual di Balik Judul The Firstfruit
Dilansir dari siaran radio yang berjudul “On Your Mark” bersama Apple Music episode Toronto, The Firstfruit tak hanya menjadi simbol awal perjalanan solonya, melainkan juga mencerminkan nilai spiritual yang penting bagi Mark. Terinspirasi dari konsep “first fruit” atau buah sulung yang dikenal dalam ajaran Kristen, Mark menggambarkan bahwa istilah tersebut merepresentasikan sesuatu yang paling berharga dan bernilai dalam hidupnya. Ia mengungkapkan bahwa dalam ajaran Alkitab, buah sulung memiliki posisi istimewa dan dianggap sangat penting. Tumbuh di lingkungan keluarga yang menganut ajaran Kristen, Mark juga mengakui bahwa musik gospel yang sering ia dengar sejak kecil turut membentuk gaya bermusiknya hingga saat ini.
Dari Kisah Pribadi hingga Duet Bareng Haechan
Salah satu trek yang paling mencolok dari The Firstfruit adalah “1999”. Dengan nuansa pop-funk yang cerah namun penuh makna, lagu ini bukan hanya menandai tahun kelahiran Mark, tapi juga menjadi simbol kelahiran ulang dirinya sebagai seniman yang berdiri sendiri. Mark menyebutkan bahwa proses kreatif untuk lagu ini cukup menantang karena ia ingin mengemas kisah hidupnya secara jujur dan tulus.
Sorotan lain dalam album ini adalah “+82 Pressin’”, kolaborasi penuh makna antara Mark dan Haechan. Sebagai rekan satu grup sekaligus sahabat, vokal mereka berpadu hangat dan menyampaikan kedekatan yang telah terjalin sejak lama. Lagu ini seolah menjadi bentuk penghargaan atas hubungan mereka yang tumbuh secara alami, baik di atas panggung maupun di luar musik. Selain itu, beberapa kolaborasi lain turut memperkaya warna dalam album ini. “Fraktsiya” tampil penuh energi bersama Lee Young Ji, “Watching TV” terasa manis lewat suara lembut Crush, sementara “Toronto’s Window” membawa nuansa reflektif tentang kampung halaman dan masa kecil Mark.
Menjelang akhir album, lagu-lagu seperti “200”, “Journey Mercies”, “Mom’s Interlude”, dan “Too Much” hadir sebagai penutup yang hangat dan menyentuh. Melalui deretan lagu ini, MARK merangkai kisah penuh perenungan tentang keluarga, iman, serta ungkapan syukur yang tulus. Ia juga mengenang tempat di mana perjalanan musiknya bermula, menandai The Firstfruit sebagai karya yang lahir dari hati, bukan sekadar penanda debutnya sebagai solois.
Ayo Mulai Perjalananmu dari “1999”
Lagu “1999” jadi langkah awal Mark ngenalin sisi dirinya yang lebih personal. Lewat lagu ini, Mark mulai berbagi kisah hidupnya dengan ketulusan yang bikin banyak fansnya tersentuh. Langsung aja tonton videonya di bawah dan rasain sendiri vibes-nya. Buat kamu para Markf dan NCTzen, yuk bantu streaming juga di YouTube atau platform favoritmu, ya!