by Aldilla Audy Shabrina
“Quitting is for losers”, bukankah kita sering kali mendengar kalimat tersebut? Dari dulu kita selalu didoktrin oleh masyarakat bahwa standar kesuksesan itu dilihat dari seberapa keras kita bekerja demi mewujudkan impian. Semakin banyak jam terbang kita, maka semakin dekat kita dengan kesuksesan. Semakin banyak pencapaian yang kita cantumkan di portofolio kita, maka semakin tinggi citra kita di mata orang lain. Tak heran, glorifikasi terhadap gila kerja ini sudah menjamur di kalangan para pekerja, terutama di kota-kota besar. Fenomena “gila kerja” ini biasa dikenal dengan sebutan “hustle culture”. Pada dasarnya, konsep hustle culture ini merupakan lawan dari konsep slow living.
Apa itu slow living?
Well, apa itu slow living? Secara harfiah, slow living dapat diartikan sebagai “hidup lambat”. Lebih dari itu, slow living merupakan suatu konsep gaya hidup di mana kita fokus untuk menikmati momen-momen yang sedang dijalankan di kehidupan kita, atau simple-nya adalah being present, sehingga kita bisa lebih tenang dan sadar dalam menjalani kehidupan. Di dalam sebuah artikel dari blog Ecoliv berjudul “What Is Slow Living? What Happens When We Slow Down?” (mengacu pada definisi slow living) disebutkan bahwa “Quality over Quantity is a theme, immersion in the important things, removal of unnecessary things, doing things properly rather than quickly, and enjoying them more.” Dengan adanya konsep ini, kita menyadari bahwa lebih cepat tidak selalu berarti lebih baik.
Bagaimana penerapan slow living?
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, konsep hidup slow living ini merupakan antidote dari hustle culture yang menyebabkan kita menjadi gila kerja atau workaholic. Hal ini karena gaya hidup slow living juga dapat diterapkan ke dalam pekerjaan kita. Konsep “hidup lambat” ini pun pada dasarnya tentang doing less but better. Untuk itu, dalam menjalani konsep hidup slow living di pekerjaan, kita akan lebih mudah dalam memahami pekerjaan, memprioritaskan pekerjaan, dan melakukannya secara efisien. Kebiasaan kita terhadap slow living akan meningkatkan fokus kita terhadap hal-hal yang penting dan mendorong kita untuk memberikan effort terbaik kita ketika melakukan pekerjaan.
Berdasarkan sebuah artikel dari laman Career Cortessa yang berjudul “Work Smarter Not Harder—Why Slow Work is Good Work”, disebutkan suatu kutipan dari sebuah buku berjudul “Essentialism: The Disciplined Pursuit of Less” yang ditulis oleh Greg McKeown, di situ tertulis bahwa “…learning how to do less but better so you can achieve the highest possible return on every precious moment of your life.” Dari sini, dapat kita maknai bahwa doing less tetap dapat membuahkan hasil yang berkualitas dalam hidup. Dalam hal ini, menerapkan slow living di pekerjaan akan mendorong kita untuk bekerja secara cerdas, bukan semata-mata bekerja keras bagai kuda tanpa makna yang jelas. Dengan menerapkan kerja cerdas ini sebagai hasil dari penerapan slow living, kita akan lebih mudah manage waktu dan energi kita. Dikutip dari sebuah artikel BetterUp yang berjudul “Working Smarter, Not Harder: 15 Tips for Making It Real”, bahwa “Working smarter values your energy and optimizes your time. It helps you spend less time burning your energy and more time saving it for other important things.”
So, pada dasarnya penerapan slow living ini cukup simple. Dengan menerapkan konsep hidup slow living berarti kita telah memilih untuk berfokus pada what matters di kehidupan kita. Kita akan memprioritaskan apapun yang memiliki pengaruh baik terhadap kesehatan ataupun kesejahteraan hidup kita. Dengan begitu, kita akan lebih mudah dalam menjalani hidup yang lebih bermakna di tengah-tengah kehidupan yang terus berjalan cepat. Yuk, normalize slow living!
Sumber:
Caldecott, Sophie. “Work Smarter Not Harder—Why Slow Work is Good Work.” Career Contessa, https://www.careercontessa.com/advice/work-smarter-not-harder-slow-work/
Waters, Shonna. “Working Smarter, Not Harder: 15 Tips for Making It Real.” BetterUp, 20 Jan 2022, https://www.betterup.com/blog/working-smarter-not-harder
“What Is Slow Living? What Happens When We Slow Down?” Ecoliv, Sep 2019, https://ecoliv.com.au/blog/slow-living-home-what-is-slow-living