Habit atau kebiasaan adalah perilaku yang kita lakukan berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Tapi, tidak semua kebiasaan adalah kebiasaan baik yang bisa membantu kita mencapai hal-hal yang kita inginkan. Contohnya, jika kita terbiasa untuk membuka social media setiap muncul notifikasi, maka akan banyak pekerjaan kita yang tertunda. Karena itu, kita harus mengganti kebiasaan-kebiasaan buruk seperti itu dengan kebiasaan-kebiasaan baik agar kita bisa hidup lebih efektif. Dalam bukunya yang berjudul 7 Habits of Highly Effective People, Stephen Covey menjelaskan tentang 7 kebiasaan yang sebaiknya kita lakukan agar kita bisa hidup lebih efektif. Beikut ini 7 kebiasaan tersebut, yuk simak bersama!
1. Jadilah Proaktif
Pertama yaitu menjadi proaktif. Salah satu hal yang membedakan manusia dengan hewan adalah kemampuan kita untuk melihat sebuah situasi dan memutuskan apa yang akan kita lakukan pada situasi tersebut.
Yang dimaksud dengan menjadi proaktif disini adalah kebalikan dari reaktif. Orang dengan pola pikir reaktif selalu merasa bahwa mereka adalah korban dari sebuah situasi. Mereka juga merasa tidak memiliki kontrol dalam hidup mereka sendiri. Sebaliknya, orang yang memiliki pola pikir proaktif merasa mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk mengubah situasi mereka.
Dengan menjadi proaktif, kita merasa bertanggungjawab tentang apa yang terjadi pada diri kita, sehingga luas circle of influence membesar dan circle of concern kita mengecil. Sebaliknya, jika kita memiliki pola pikir reaktif, kita cenderung fokus pada faktor-faktor di luar kendali kita, sehingga circle of influence kita mengecil. Kita harus mengganti pikiran seperti, “dia membuatku marah,” menjadi “aku bertanggung jawab untuk perasaanku.”
2. Mulailah dengan Memikirkan Tujuan
Kebiasaan kedua dalam 7 Habits adalah memikirkan akhir atau tujuan dengan jelas. Menurut Covey, kita dapat memakai imajinasi kita untuk memikirkan tujuan akhir yang akan menuntun perjalanan kita. Seringkali kita merasa sibuk melakukan berbagai macam hal dan mencoba untuk mencapai banyak hal, tapi kita jarang berpikir tentang apa sebenarnya tujuan akhir yang ingin kita capai dari semua kesibukan tersebut. Karenanya, agar kita bisa lebih terarah, sebaiknya kita sudah memiliki tujuan yang jelas sebelum memulai sesuatu.
Untuk melakukan hal ini, kita harus memiliki kesadaran untuk tidak hidup mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain. Dalam jangka panjang, tidak satupun dari pusat hidup yang disebutkan diatas efektif. Kita harus menetapkan standar kita sendiri. Hal itu berpusat pada prinsip hidup yang kita pegang. Dengan begitu, kita bisa membangun kebiasaan yang sesuai dengan prinsip tersebut.
3. Dahulukan yang Utama
Agar menjadi manusia yang efektif, kita harus mendahulukan hal-hal yang utama. Kita harus bisa disiplin untuk memprioritaskan hal-hal yang utama dalam kehidupan sehari-hari kita, bukan hal yang paling mendesak.
Kita sering kali bereaksi pada permasalahan-permasalahan yang mendesak, namun tidak penting. Hal tersebut berarti kita mengabaikan Kuadran 2, yang sebenarnya adalah kuadran paling penting . Agar kita dapat fokus ke Kuadran 2, kita harus belajar berkata tidak pada aktivitas-aktivitas lain, terkadang termasuk aktivitas yang mendesak. Selain itu, kita juga harus bisa melakukan delegasi tugas dengan efektif.
4. Berpikir Menang-Menang
Sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial yang saling bergantung dengan orang lain. Karena itu, kita harus menjaga hubungan agar kita ada dalam situasi yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Menurut Covey, ada 6 tipe interaksi manusia, yaitu Win-Win, Win-Lose, Lose-Win, Lose-Lose, Win, dan Win-Win or No Deal.
Pilihan terbaik adalah Menang-Menang atau Win-Win. Dengan Win-Lose atau Lose-Win, satu pihak mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi hal ini dapat membuat hubungan antara kedua pihak memburuk. Untuk mencapai situasi dimana semua pihak sama-sama menang, kita harus berpikir secara kooperatif, bukan kompetitif. Kita harus fokus pada permasalahan dan solusinya, bukan siapa yang mengusulkan solusi tersebut. Karena itu, pola pikir ini sering digunakan dalam negosiasi.
5. Mencoba Mengerti Sebelum Dimengerti
Sebelum kita memberikan saran, solusi, atau dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain, kita harus bisa memahami orang tersebut dan sudut pandang mereka. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk mendengarkan dan berempati. Saat kita berinteraksi dengan orang lain, kita biasanya merespon dengan salah satu cara berikut:
- Mengevaluasi, yaitu setuju atau tidak setuju dengan pendapat orang lain
- Bertanya, yaitu memberikan pertanyaan untuk pemahaman kita sendiri
- Memberikan saran, yaitu memberikan nasihat berdasarkan pengalaman kita
- Menginterpretasi, yaitu berusaha memahami alasan orang lain berdasarkan pandangan kita
Agar menjadi efektif, kita harus mengganti respon-respon tersebut dengan mendengarkan dan berempati. Dengan begitu, kita bisa memahami orang lain dan dapat terhindar dari perdebatan-perdebatan yang hanya akan memperkeruh suasana.
6. Bersinergi
Selanjutnya, kebiasaan keenam adalah bersinergi. Dengan memahami dan menghargai perbedaan sudut pandang kita dan pihak lain, kita memiliki kesempatan untuk bersinergi, yang dapat membuka kemungkinan-kemungkinan baru. Sinergi memberikan kita kesempatan untuk membuat alternatif baru dan melihat suatu hal dari sudut pandang yang baru. Sinergi juga dapat menjadi katalis kreativitas dan penemuan solusi yang lebih baik untuk semua pihak.
Cara bersinergi yang baik dimulai dengan menerapkan kebiasaan 4 dan 5, yaitu berpikir menang-menang dan mengerti sebelum dimengerti. Saat kita sudah melakukan dua kebiasaan tersebut, kita dapat bekerjasama dengan semua pihak yang terlibat sehingga kita dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan.
7. Mengasah Gergaji
Terakhir, untuk menjadi efektif, kita harus terus mengasah diri kita secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mempraktikkan tiap kebiasaan.
Dengan mengasah fisik, kita dapat menjalankan aktivitas kita dengan lancar dan tanpa hambatan. Mengasah fisik dapat dilakukan dengan makan sehat, istirahat cukup, dan berolahraga secara teratur. Dengan mengasah mental, kita dapat menerima informasi-informasi yang baru. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca buku secara teratur, melakukan journaling, dan membatasi kegiatan yang membuang waktu. Aspek ketiga yang perlu diasah yaitu aspek sosial. Dengan mengasah aspek sosial, kita dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Kita dapat mengasah aspek sosial dengan membantu orang lain dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Aspek terakhir yaitu aspek spiritual. Dengan mengasah aspek spiritual, kita dapat berkomitmen pada prinsip dan nilai-nilai yang kita pegang. Mengasah spiritual kita dapat dilakukan dengan cara beribadah, bermeditasi, dan merenung di alam.
Kesimpulan dari 7 Habits
Hampir semua kebiasaan yang disebutkan dalam 7 Habits of Highly Effective People diawali dengan perubahan pola pikir. Pola pikir memang hal yang sangat penting dalam hidup kita, karena dari pola pikirlah sebuah kebiasaan bisa terbentuk. Namun setelah mengubah pola pikir, kita juga harus menerapkan perubahan tersebut agar kebiasaan kita berubah dan kita bisa menjadi lebih efektif dalam menjalani hidup.
Selain 7 Habits of Highly Effective People, ada banyak buku-buku lain yang dapat membantu kita mengubah pola pikir dan membuat hidup kita lebih baik. Baca selengkapnya di sini.