1. Seringnya dihadapi oleh sebuah pilihan didalam keadaan hidupnya.
Didalam menghadapi pilihan kehidupan, contoh paling sederhana adalah selepas bangku kuliah bingung dalam memilih untuk lanjut studi atau langsung bekerja atau bisa saja pilihan antara nikah cepat atau nikah nanti-nanti aja atau pilihan lainnya. Hal tersebutlah yang terkadang membuat kita bimbang untuk memilih mengejar tujuan hidup atau mengikuti realita kehidupan.
Dewasa ini, ngelamun adalah keseharian, khususnya bagi kawula muda. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, bahkan saat mau tidur juga sempat ngelamun. Akhir-akhir ini sering ngelamun sambil bertanya kepada diri sendiri “Apa sebenarnya tujuan hidup ini?” dan “Apa yang diri sendiri inginkan?”, kalau sudah ditahap seperti ini kemungkinan kita lagi di fase menghadapi Quarter Life Crisis.
Teman saya pernah bilang, tua itu pasti tapi dewasa itu pilihan. Teman saya menambahkan, karena kita gak bisa menahan laju waktu dan gak jarang pertanyaan-pertanyaan diatas yang bisa menjadikan krisis dalam diri kita sendiri. Jangan khawatir, keadaan seperti ini wajar pada umumnya diumur 20-30an tahun merupakan usia menuju dewasa, melansir dari Lifehack survey yang dilakukan ole LinkedIn menunjukan 75% dari ribuan orang dari seluruh dunia diusia tersebut mengaku pernah mengalami quater life crisis dengan rata-rata terbanyak pada umur 27 tahun. Tetapi, karena hal tersebut tidak perlu khawatir dan gelisah berlebihan yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, karena semua orang pasti mengalaminya.
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas bagaimana menghadapi quarter life crisis. Namun sebelumnya, kita pahami dulu yuk, apa itu quarter life ciris? dan apa saja yang menjadi faktor penyebab kita mengalami keadaan tersebut.
“Ingatlah dan hadapi. Jika tak dihadapi, kamu hanya selalu menjadi anak kecil dengan jiwa yang tak bertumbuh.” -Ko Moon Young
It’s Okay Not to be Okay
Memahami Quarter Life Crisis
Terlebih dahulu kita perlu memahami apa yang sedang dihadapi sebelum kita dapat melaluinya, bisa dikatakan kita kenali dulu lawan atau teman kita baru kita bisa mengetahui cara menghadapi mereka. Menurut Fischer (2008), quarter life crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an. Atau bisa juga dikatakan, pada masa seperti ini merupakan masa pencarian jati diri sendiri, mencari dimana letak kesenangan yang sesungguhnya dan apa yang sedang dikejar selama ini.
Kemudian, dari hal-hal tersebut akan muncul keraguan-keraguan dalam diri sendiri atas pencapaian yang selama ini sudah dicapai. Bahkan memunculkan pertanyaan baru “Kayanya gua selama ini hidup cuma untuk orang lain deh?” atau “Gua selama ini ngapain sih? Kok kayanya gini-gini aja deh” dari pertanyaan itulah kemudian kita semakin dihantui oleh perasaan-perasaan khawatir, cemas, gelisah dan meragukan akan esensi kita hidup selama ini sehingga sering merasa kurang termotivasi dalam melakukan suatu hal.
“The typical suffer is highly driven and smart, but struggling because the feel they’re not achieving their potential or feeling they’re falling behind” -Nathan Gehlert, Washington D.C. Physcologist
Umumnya, terdapat 2 faktor utama yang memengaruhi seseorang mengalami Quarter Life Crisis, dikarenakan :
2. Tuntutan dari lingkungan sekitar atau ekspetasi orang lain terhadap diri sendiri.
Seringkali, tuntutan dari lingkungan sekitar atau ekspetasi orang lain terhadap diri ini membuat kita terlalu memikirkan perkataan orang lain. Kemudian terus menerus mengikuti kemauan orang lain, sampai kita lupa apa yang sebenarnya diri sendiri inginkan.
Akan tetapi, masa krisis dalam diri sendiri dengan yang dihadapi banyak orang terkadang berbeda-beda keadaan dan durasinya. Agar bisa dilalui dengan baik, bagaimana menghadapinya?
Menghadapi Quarter Life Crisis
Kalau kata teman saya semasa mau ujian dulu “Datang, hadapi dan lupakan” Nah, mungkin prinsip itu bisa kita gunakan separuhnya, tapi jangan dilupakan karena keadaan ini menjadi pelajaran hidup yang membuat hidup kita akan berjalan lebih baik nantinya jadi, saatnya datang dan hadapi!
1. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Terus fokus pada pencapaian orang lain sampai lupa akan diri sendiri hanya akan membuat diri semakin cemas dan membuang-buang waktu. Coba berusahalah menanamkan untuk fokus dengan apa yang sedang dihadapi. Perlu diketahui juga, bahwa apa yang kita lihat dari orang lain belum tentu selalu baik, manatahu ternyata orang lain juga menyembunyikan kecemasan yang sama dengan kita. Oleh karena itu, dalam coba untuk lebih fokus pada apa yang didalam diri sendiri.
2. Membuat perencanaan hidup kedepan
Dengan menyusun rencana-rencana hidup, kedepannya kita akan mengetahui apa sebenarnya yang menjadi tujuan kita nantinya dan apa yang menjadi prioritas bagi diri. Caranya sederhana saja, mulai dengan menabung atau menulis rencana-rencana terkecil untuk waktu dekat. Hal tersebut akan men”trigger” diri sendiri agar terlaksana mimpi-mimpinya, karena harapannya menyusun mimpi gak cuma dibayangin doang tapi direalisasikan.
3. Sering Berdiskusi dengan keluarga dan teman terdekat
Pada dasarnya manusia memang mahluk sosial bukan? Karena ada kalanya kita juga perlu berbincang dengan orang-orang disekitar kita agar kita tidak merasa sendirian menghadapi ini. Tidak perlu berdiskusi terlalu jauh, cukup dengan saling bertukar kabar sampai bertukar cerita hal lucu dsb, dapat membuat kita merasa terhibur dan merasa bahwa masih banyak orang baik disekitar kita.
Memang berat untuk kita melewati masa Quarter Life Crisis ini karena masalah dan keadaan yang dihadapi akan berbeda tiap saatnya. Akan tetapi, kalau kita pikirkan tanpa melakukan sesuatu akan merugi diri sendiri karena harus kehilangan waktu dan tenaga secara sia-sia. Oleh karena itu, hadapi satu-persatu karena kelak akan terselesaikan juga. Dengan kita menghadapi dan melakukan sesuatu, menjadi bukti juga bahwa kita akan baik-baik saja nantinya.
Have a good life a head, everyone! Stay healthy and sane.